Pertanian adalah tulang punggung negara, terutama tanaman pangan. Istilah “ketahanan pangan” adalah karena jika kondisi pangan kita lemah, maka negara diambang keterpurukan. Kuliah di Fakultas Pertanian tidak hanya untuk bekerja dan/atau usaha saja, tetapi juga otomatis untuk menjadi insan yang berperan di dalam ketahanan negara. Berilmu pertanian sama bobotnya dengan berilmu militer.
Indonesia sebagai negara agraris adalah kalimat kunci yang menentukan bagaimana pendekatan pembangunan bangsa & negara kita. Dengan demikian pembangunan dimulai dari membangun sistem pertanian Indonesia. Mengapa dikatakan sistem pertanian? Karena di dalam mencapai tingginya produktivitas pertanian perlu dibuat sistem terpadu dengan formulasi “Pancausaha Tani”. Pancausaha Tani ini dapat secara bebas diartikulasikan sebagai berikut: (1) Benih, kuatkan riset-riset pemuliaan tanaman di lembaga publik dan swasta, (2) Pupuk, kuatkan industri pupuk organik-anorganik dalam negeri sehingga harga terjangkau petani, (3) pengendalian hama, memberlakukan pengendalian hama terpadu sebagai pendamping dari pengendalian kimiawi, (4) Pengairan, buat sistem irigasi massal dengan pembangunan bendungan yang dapat mencakupi wilayah yang luas , dan (5) Tanah, reboisasi dan dibuat sistem pertanian yang tidak merusak tanah. Kelima aspek tersebut dihubungkan dengan faktor-faktor pendukung, seperti infrastruktur, bantuan pembiayaan, jaminan pasar dan proteksi harga.
Oleh karenanya, menjadi ahli pertanian dari satu bidang adalah penting tetapi memahami pertanian secara holistik sangat penting agar memiliki refernsi yang tepat di dalam mendalami keahliannya tersebut. Begitu juga bagi pemangku kebijakan, kebijakan yang hanya melihat pada sebagian dari Pancausaha Tani akan menghasilkan keluaran yang pincang dan tidak akan mengarah ke kemajuan pertanian indonesia. Namun bagaimanapun pertanian Indonesia akan bangkit segera karena masyarakat dan pelaku usaha mulai sadar pentingnya pangan terutama ditengah pandemi yang membuat hampir seluruh aspek kehidupan terpuruk. Resesi ekonomi yang sangat parah tidak akan menghancurkan suatu negara jika pertaniannya kuat. Hal ini dicontohkan di negara Amerika Serikat yang kita ketahui teknologinya sudah sangat maju tetapi di saat yang sama AS juga pengeskpor komoditas pangan. Kita sudah tahu bahwa AS memiliki perusahaan-perusahaan pertanian yang sudah ekspansi ke seluruh dunia, seperti Dupont (sekarang Corteva), Dow Agroscience (sekarag Corteva), Monsanto (sekarang Bayer), Dekalb Genetic (sekarang Bayer), Cargill, dan banyak lagi.
Jadi di ranah akar rumput, dan dalam hal ini di dunia pendidikan, penyadaran masyarakat akan pertanian adalah sangat penting. Tidak hanya di tingkat fakultas dimana mahasiswa akan mempelajari khusus terkait pertanian tetapi juga dari tingkat sekolah dasar. Di tingkat sekolah dasar saat ini sudah ada pelajaran computer (TIK) tetapi tidak ada mata pelajatan bercocok tanam. Padahal kedua pelajaran itu sama-sama mengutamakan praktek daripada teori. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian maka alam bawah sadar secara kolektif yang memikirkan pertanian Indonesia. Dengan demikian lebih jauh lagi kebijakan pertanian pun akan berpihak kepada petani dan kemajuan pertanian Indonesia.
Febri Hendrayana, SP., MP., dosen pengajar Program Studi Agroteknolgi, Fakultas Pertanian, UKK